Pandanglah Matanya yang Sayu yang dihiasa kerut marut
Pandanglah Senyumnya yang terkulum tipis
Raihlah kedua tangannya yang perlahan mengkerut
Dekatkan keningmu, ciumlah punggung tangannya yang yang terasa kasar
Syukurilah Ia masih bernafas memandang matamu
Syukurilah Ia masih bernafas membalas senyumanmu
Syukuriah Ia masih bernafas saat Ia berkata
"Kudoakan Dirimu Nak, menjadi anak yang berguna"
Sebelum kemudian Ia tetidur lelap dalam damai
Glng.Ds, 30012012
Senin, 30 Januari 2012
Sabtu, 14 Januari 2012
Kenang senang punya kenangan
yang dulu pernah dekat
yang dulu pernah bersama
ingin tau rasanya seperti dulu
seperti saat hidup tak seperti ini
yang perlahan seperti menjauh
yang perlahan seperti aku tak ada saat ini
ingin rasanya tertawa bersama lagi
bersama kalian lagi, dan tidak pernah menjadi saat ini
tapi ini sudah takdir umur
dimana aku harus dewasa dan menjadi tua
dimana aku harus seperti mereka
yang dulu aku tidak mau "menjadi"
tua itu menyebalkan tapi itu harus
saat ini saat-saat senang rasanya punya kenangan
yang dulu pernah bersama
ingin tau rasanya seperti dulu
seperti saat hidup tak seperti ini
yang perlahan seperti menjauh
yang perlahan seperti aku tak ada saat ini
ingin rasanya tertawa bersama lagi
bersama kalian lagi, dan tidak pernah menjadi saat ini
tapi ini sudah takdir umur
dimana aku harus dewasa dan menjadi tua
dimana aku harus seperti mereka
yang dulu aku tidak mau "menjadi"
tua itu menyebalkan tapi itu harus
saat ini saat-saat senang rasanya punya kenangan
Jumat, 06 Januari 2012
"jangan di situ dong aku mau ee", kucing mengusirku dari tempat ku berdiri, tepat diatas tumpukan pasir yang diperuntukkan untuk bangunan sebuah rumah. Aku mengalah dan balik bilang sama kucing "Kalau udah gantian ya". Kucing malah bilang, "Hey, kamu kan manusia, kenapa mau ikut ee ditempatku?, aku yang tersinggung balik bilang, "hey kucing, bukankah sesama makhluk ciptaan Tuhan harus saling berbagi dan menyayangi ?, tahu nggak, kamu ituh sudah melanggar perananmu sebagai makhluk hidup tahu". Kucing malah balik menyerangku, "Hellllooooo....hey manusia, kupikir siapa yang sudah melanggar peranannya ? kau dan ras sejenismu atau kami para hewan yang diwakilkan olehku "KUCING"sebagai perwakilan dari para hewan. Pikirkanlah olehmu, tempat tinggal kami para hewan di hutan sana sudah habis kau tebangi, teman-temanku para orang utan kamu bantai, udah gitu coba elo liat laut sama sungai yang seenak jidat lo dan teman-teman lo buang sampah gitu aja". Aku yang kaget dengan cara bicara kucing yang gaul balik menyanggah dengan cara gaul, "gue kaga pernah kaleee..mungkin temen-temen gue pernah, tapi gueee? helooooo...kaga pernah kaleee", Tiba-tiba aku dan kucing sama-sama muntah. Aku dan kucing yang sepakat bicara seperti biasa. "Oke, aku tahu kami manusia sudah banyak salah terhadap kalian, sebetulnya aku juga marah sama ras ku sendiri, kenapa mereka sampai hati berbuat demikian, menebangi hutan tempat teman-temanmu tinggal, dan mencemari laut dan sungai tempat teman makananmu tinggal ". Kucing pun mencoba menjadi bijak, "oh terpujilah kau, sesungguhnya itu sudah kodrat mu sebagai manusia dan kodrat kami sebagai hewan, ohhh dan terpujilah kau manusia dan maafkanlah kami hewan yang sudah seenaknya ee dimana saja yang disebabkan karena memang segitulah otak kami, yang kami gunakan hanya untuk mencari makan, minum, kawin tidak seperti otak kalian yang rumit". Aku dan kucing berbaikan, belum sempat aku bersalaman, aku kaget ternyata benda lonjong panjang dan kuning-kuning sudah ada di atas sepatuku. "Oh sekali lagi maafkan aku manusia, dikarenakan kaumengajakku untuk berdebat aku lupa tadi mau buang hajat, sekali lagi maaf ", Kucing mengaku salah. Aku bilang "tidak apa-apa", lalu aku tendang kucing itu hingga terpental ke jalan yang kebetulan sedang ramai, dan bilang "maaf, aku juga khilaf"..
Langganan:
Postingan (Atom)