Jumat, 30 Desember 2011

"Berangan-angan ditiup angin di bawah pohon beringin" (sebuah cerita "cerpens", cerita pendek sekali)

           Jimi duduk bercengkrama di bawah pohon beringin sama jeni, jeni teman jimi waktu kecil, teman waktu mandi bersama masih bukanlah hal tabu bagi mereka. Teman sewaktu tidur bersama tidak akan jadi gunjingan warga sekitar rumah. kini mereka sama-sama dewasa, sama-sama sudah besar dan sama sama punya mimpi jadi lebih baik daripada mereka sekarang. Di tengah perbincangan penuh rasa kangen akan mereka dulu waktu kecil,
Jimi bertanya pada jeni : "jen?, 20 tahun mendatang kamu pengen jadi apa? kalo aku pengen menginspirasi orang2, aku pengen jadi presiden jen, presiden amerika jen, kaya obama jen".
Jeni : "hah ? serius kamu jim, kamu kan seumur-umur belum pernah tinggal di Amerika Jim, jangan kan Amerika keluar kota aja kamu nyasar jim..."
Jimi : "ah kamu jen, tidak tahu yah dikarenakan impian itu gratis jen, aku impikan semuanya jen, bukan karena aku rakus jen, tapi mumpung masih ada yang gratis jen, saya ambil semuanya yang saya suka jen, termasuk jadi presiden Amerika jen.."
Jeni : "Tapi yang namanya impian itu harus realistis juga kali jim, takut-takut kamu jadi gila kalo gak kesampaian.."
Jimi: "hey, kamu harus tahu jen, yang namanya impian itu tidak ada yang realistis jen, coba kau bayangkan kalo impian itu harus realistis jen, mungkin edison bakalan nyerah di percobaan nya yang pertama jen, mungkin juga lampu listrik baru ditemukan sama dengan listrik masuk desa kita jen, tahun 1988 hari senin bulan rajab jen.."
Jeni : "iya, aku tau Jim tapi setidaknya impian itu juga harus dibarengi sama kesungguhan dalam dirimu jim, kalau kamu cuma berkhayal jim, impian mu mungkin cuma bakalan jadi mimpi kamu siang malam jim, impianmu cuma bakalan jadi cerita pengantar tidurmu jim, kamu juga mesti tahu itu jim.."
Jimi : "Lantas aku harus bagaimana Jen?, aku ingin menginspirasi orang-orang di sekitarku Jen, aku ingin mereka punya mimpi jen "
Jeni : "Iya, tapi bukan dengan cuma dengan bermimpi saja Jim, alangkah lebih baiknya jika kamu juga lampirkan buah dari impian mu itu jim, yaitu karya nyatamu, karya yang orang bisa lihat, bukan karya yang kau pajang dalam kepalamu jim.."
Jimi : "Sekarang aku bertanya kepadamu jen? bagaimana caraku agar aku wujudkan impianku jen, agar aku bisa menginspirasi orang lain jen.."
Jeni : "Gampang sekali Jim, kamu hanya perlu menyederhanakan impian mu, agar selaras dengan kemampuan mu jim, minimal gantilah keinginanmu dari menjadi  presiden "amerika" ke  menjadi presiden "Indonesia", melamarlah menjadi kader salah satu partai politik jim, tapi ingat jim kamu juga harus punya uang banyak jim, maka dari itu kamu harus menjadi seorang pengusaha jim, ingatlah itu jim, langkah pertamamu untuk menjadi Presiden adalah punya modal bukan hanya materi tapi juga intelektual dan spiritual jim..."
"Tapi seandainya kamu gagal  jadi presiden Jim, ingatlah ini Jim, setidaknya kamu berhasil jadi pejabat publik jim, seandainya kamu gagal jadi pejabat publik jim, setidaknya kamu berhasil jadi seorang pengusaha jim, jadi enterpreneur, tapi jim seandainya kamu gagal jadi enterpreneur jim, kamu jangan pernah berhenti mencoba jim, dengan mencoba dan terus mencoba jim, setidaknya saya yakin kamu akan berhasil paling tidak di tingkat pertama dari impianmu jim jadi enterpreneur jim dengan begitu kamu akan menginspirasi bukan saja orang-orang disekitarmu jim, orang-orang di luar sana juga pasti akan mengagumi semangatmu jim, tapi yang lebih penting dari pendapat orang lain tentang mu jim, setidaknya kamu harus bangga kamu menginspirasi dirimu sendiri jim.."
Jimi : "Oh Jeni, terima kasih atas nasihatmu, seandainya saja saat ini kita adalah kita yang dahulu jen, aku ingin sekali mandi bareng kamu lagi jen..kamu sangat bijak jen "
Jeni : "Jim, aku harap kamu gak kurang ajar.."
         Tidak terasa hari semakin senja, mereka berdua pulang ke rumah masing-masing karena sama-sama dipanggil oleh Ibu mereka masing-masing..



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar